Pages

Sabtu, 26 April 2014

Faktor dan Proses Pembentukan Horizon Tanah

Faktor dan Proses Pembentukan Horizon Tanah

Seperti apa yang dikatakan oleh Kant- Laplace bahwa bumi ini selama miliaran tahun yang lalu, dilepaskan dari matahari dalam bentuk bola gas yang pijar, lambat laun mendingin dan membentuk kerak batuan. Kerak batuan tersebut bisa disebut sebagai bataun induk. Kurang lebih kondisinya seperti pada gambar di bawah,


Permukaanya masih berupa batuan induk hasil dari pendinginan material panas bumi. Batuan induk tersebut akhirnya mengalami pelapukan yang disebabkan oleh tanaga eksogen bumi, seperti unsur-unsur iklim yaitu suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara, curah hujan dan intensitas penyinaran matahari. Selain itu juga setelah adanya kehidupan, terdapat aktifitas organisme yang tinggal di dalam tanah, serta aktifitas manusia dan makhluk hidup lainnya di permukaan tanah yang menyebabkan pelapukan,


Awalnya batuan induk (Horizon R) tersebut menjadi pecah-pecah menjadi bahan induk (Horizon C). Proses pelapukan terus berlanjut dan menghasilkan zona lapuk yamg makin dalam dan material yang semakin halus di permukaan tanah. Permukaan yang semakin halus ini lama-kelamaan dapat terisi oleh air yang dapat mendukung kehidupan makhluk hidup di bumi. Lama-kelamaan terjadilah siklus kehidupan yang terjadi terus-menerus di permukaan tanah yang dapat menimbulkan sisa-sisa makhluk hidup di permukaan tanah. Akhirnya munculah lapisan baru yang berbeda dengan lapisan bahan induk sebelumnya, lapisan baru ini (Horizon A) tersusun dari bahan mineral yang bercampur dengan sisa-sisa makhluk hidup. Seiring berjalannya waktu, zona pelapukan semakin tebal dan semakin halus tekstur yang terbentuk pada lapisan paling atas. Hal ini menyebabkan proses infiltrasi, yaitu masuknya air ke bawah permukaan tanah, sehingga terjadilah pencucian pada lapisan paling atas dan menyebabkan pengendapan di bawah lapisan tersebut yang terakumulasi membentuk lapisan baru lagi (Horizon B). Kehidupan makhluk hidup yang ada di permukaan tanah beserta vegetasinya semakin berkembang pesat. Sisa-sisa dari kehidupan tersebut membentuk suatu sedimen organik dan lapisan baru yang lebih didominasi oleh bahan-bahan organik (Horizon O). Munculnya horizon O pada permukaan tanah menyebabkan perkolasi, yaitu air yang terinfiltrasi kedalam tanah karena gaya gravitasi dan terjebak di dalamnya, semakin lama intensitas pengendapan hasil pencucian di horizon O dan horizon A semakin banyak pada lapisan tanah di bawah horizon A, sehingga menyebabkan terbentuknya lapisan baru yaitu Horizon E.


Sumber Referensi :
Dinda.Pedosfer. (http://dinda-sukma.blogspot.com/, diakses pada tanggal 26 April 2014)





Jumat, 25 April 2014

Faktor dan Proses Pembentukan Tanah

FAKTOR DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH

Dalam proses pembentukan tanah, ada 2 aspek yang saling berkaitan dan sangat vital, yaitu tersedianya batuan induk asal dan faktor-faktor yang mempengaruhi batuan induk tersebut.
Awalnya, permukaan bumi belum seperti sekarang ini yang berupa tanah dan dapat ditanami tumbuh-tumbuhan. Hipotesis yang pernah di kemukakan oleh Kant- Laplace, mengatakan bahwa bumi ini selama miliaran tahun yang lalu, dilepaskan dari matahari dalam bentuk bola gas yang pijar, lambat laun mendingin dan membentuk kerak batuan. Seperti yang kita ketahui bahwa material-material yang ada di dalam bumi, yaitu magma. Pendinginan magma di permukaan bumi biasanya akan membentuk suatu batuan induk yang disebut batuan beku. Yang termasuk dalam batuan induk bukan hanya batuan beku saja, tetapi juga termasuk batuan sedimen dan batuan metamorf. Hubungan antar ketiganya dapat kita lihat pada gambar di bawah ini,


Batuan-batuan tersebut tidak selamanya berwujud batu. Dengan adanya dinamika eksogen, terutama iklim yang terus menerus bekerja dipermukaan bumi dan umumnya menyebabkan pelapukan secara mekanik maupun kimiawi, membuat batuan-batuan induk yang tadinya bersifat keras dan padu menjadi bahan induk yang bersifat lepas-lepas dalam ukuran yang relatif lebih halus dibandingkan sebelumnya. Bahan induk inilah yang selanjutnya akan menjadi tanah.
Bahan induk sendiri terdiri dari 2 jenis berdasarkan dari bahan asalnya, yaitu :

  1. Bahan Induk Anorganik, berasal dari pelapukan batuan-batuan yang ada di dalam bumi dan mengandung mineral-mineral alam.
  2. Bahan Induk Organik, berasal dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup yang membusuk di permukaan bumi maupun yang telah terkubur.
Bahan induk sebagai bahan dasar terbentuknya tanah, diproses oleh iklim yang menyebabkan terjadinya pelapukan baik secara mekanik maupun kimiawi. Pelapukan secara mekanik pada iklim berasal dari suhu udara, kelembababn udara, kecepatan angin dan curah hujan. Salah satunya seperti pada gambar di bawah ini,

bahan induk yang mengalami pelapukan tidak hanya berupa batuan saja, tetapi juga terjadi pada bahan induk yang berasal dari sisa-sisa mahkluk hidup.

Pelapukan secara kimiawi merupakan proses penghancuran batuan sekaligus merubah susunan zat kimianya. Batuan di atas permukaan bumi mengandung bermaca-macam mineral yang mengandung berbagai zat kimia yang berasal dari alam. Ada beberapa mineral yang adapt larut dalam air. Contoh umum zat yang dapat melarutkan batuan adalah air hujan yang sering kali membasahi permukaan bumi. Air hujan sendiri mengandung zat kimia Hidrogen (H2O) dan Karbondioksida (CO2). Zat CO2 yang berperan sebagai bahan pelarut, memnyebabkan batuan yang dilaluinya mengalami perubahan-perubahan pada struktur zat kimianya serta mengangkat zat-zat yang telah dilatutkannya tersebut.

Aktifitas organisme biasanya menyebabkan pelapukan yang terjadi secara biologios. Seperti tumbukan lumut kerak diatas permukaan batuan dapat menghancurkan batuan karena lumut tersebut menghisap makanan dari batu yang ditumpanginya. Selain batuan lumut, hewan tertentu juga dapat menghancurkan batuan menjadi tanah. Seperti semut, rayap, dan cacing yang membuat sarang di batuan, membuat batuan hancur yang lama-kelamaan menjadi tanah.

Semua faktor yang menyebabkan terjadinnya pelapukan pada batuan induk menjadi tanah yang sudah dijelaskan di atas, membutuhkan waktu yang  sesuai dengan kemungkinan pada letak topografi dan tingkat intensitas iklim dan organisme yang memproses pelapukan batuan induk.

Sumber Referensi :
Devita. Batuan. (http://devitasarix2.wordpress.com/, diakses pada tanggal 25 April 2014)
Hendri. Litosfer dan Pedosfer. (http://belajargeodenganhendri.wordpress.com/, diakses pada tanggal 25 April 2014)

Rabu, 23 April 2014

Ruang Lingkup Geografi Tanah

RUANG LINGKUP GEOGRAFI TANAH


Ruang lingkup geografi mencakup ruang lingkup kajian fisik dan kajian sosial. Ruang lingkup kajian fisik dalam geografi membahas seputar Geologi, Meorologi, Klimatologi, Geomorfologi, dan Oceanografi. Sedangkan ruang lingkup kajian sosialnya membahas seputar Geografi Sosial, Geografi Ekonomi, dan Geografi Politik.

Ruang lingkup Geografi Tanah termasuk dalam kajian fisik, mengkaji sebaran tanah secara horisontal berdasarkan pada bentanglahan, dengan menggunakan dasar kerja ilmu tanah yang mengkaji tanah secara vertikal berdasarkan sifat material tanah. Karakteristik tanah secara horisontal dapat tersebar bersesuaian dengan bentuklahan atau fisiografinya. Konsep banjar topografi ini merupakan salah satu aspek yang sering dikaji dalam geografi tanah untuk dapat memahami sebaran atau distribusi tanah di permukaan bumi.


Sumber Referensi :
Nugroho. Geografi Tanah. (http://geo.fis.unesa.ac.id/, diakses tanggal 24 April 2014)

Pengertian Geografi Tanah

PENGERTIAN GEOGRAFI TANAH

Geografi adalah bagian dari ilmu kebumian yang mengkaji secara komprehensif fenomena-fenomena yang ada di permukaan bumi dan hubungan saling tindak dengan kehidupan manusia melalui tipe pendekatan. yaitu : keruangan, temporal, dan kompleks wilayah.
Geografi Tanah adalah cabang ilmu geografi yang mengkaji persebaran satuan-satuan tanah di permukaan bumi, sifat dan karakteristik satuan-satuan tanah yang menyelimuti permukaan bumi, dan pemanfaatan tanah untuk kehidupan.
Sebaran tanah yang membentuk hamparan di muka daratan disebut pedosfer. Setiap wilayah memiliki mosaik tanah tersendiri karena keragaman faktor penentunya. Hamparan tanah di muka daratan mencitrakan bentangtanah yang menjadi salah satu elemen bentanglahan. Mosaik tanah sebagai fakta kewilayahan dapat diungkap lewat peta tanah. Peta tanah memuat informasi mengenai nama-nama satuan tanah melalui sistem klasifikasi tertentu secara konsisten mulai dari skala global hingga detail.
Untuk mengetahui sebaran tanah di muka bumi perlu dipahami terlebih dulu definisi tanah dan faktor pembentuk tanah. Tanah adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) berupa kombinasi dari iklim dan jasad hidup terhadap bahan-bahan alam (natural material) yang terletak dan dikendalikan relief di permukaan bumi dalam rentang waktu tertentu(Notohadiprawiro & Supranowo, 1978; Sartohadi dkk,2012). Tanah terbentuk oleh kerja beberapa faktor alam yaitu iklim,jasad hidup meliputi vegetasi organime manusia, relief (topografi), bahan induk, dan waktu. Faktor-faktor pembentuk tanah dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor pasif, meliputi sumber massa pembentuk tanah dan kondisi-kondisi yang mempengaruhinya, terdiri dari bahan induk, relief dan waktu. Berikutnya faktor-faktor aktif, yang meliputi media yang menyediakan energi yang bekerja diatas massa untuk menyelenggarakan proses-proses pembentukan tanah yang terdiri dari iklim dan jasad hidup.
Setiap wilayah di muka bumi akan memiliki karakteristik masing-masing faktor pembentuk tanah tersebut secara bervariasi. Variasi ini diidentifikasi  lewat survei tanah dengan pendekatan geografi yang menekankan pada kajaian fisiografi atau bentuklahan. Bentuklahan merupakan kenampakan permukaan bumi yang terjadi akibat genesis tertentu, sehingga menimbulkan bentuk khas yang dicirikan oleh sifat fisik material akibat proses alami yang dominan, dan dalam perkembangannya dapat dikaitkan dengan struktur tertentu (Sunarto, 2004).
Salah satu maksud pendekatan ini adalah untuk penentuan lokasi guna mengkaji tanah secara spesifik. Perbedaan lokasi fisiografi atau bentuklahan akan menghasilkan karakteristik tanah yang berbeda. Kajian spesifik tanah merupakan kegiatan pemerian (deskripsi) tanah yang didasarkan pada profil lapukan atau dikenal sebagai profil tanah. Deskripsi profil tanah merupakan dasar untuk klasifikasi tanah dan pekerjaan terapan pemanfaatan tanah lainnya. Hal yang dikaji di setiap lapisan horison tanah adalah sifat fisik, kimia, dan biologi agregat tanah.
Dapat dinyatakan bahwa geografi tanah mengkaji sebaran tanah secara horisontal berdasarkan pada bentanglahan, dengan menggunakan dasar kerja ilmu tanah yang mengkaji tanah secara vertikal berdasarkan sifat material tanah. Karakteristik tanah secara horisontal dapat tersebar bersesuaian dengan bentuklahan atau fisiografinya. Konsep banjar topografi ini merupakan salah satu aspek yang sering dikaji dalam geografi tanah untuk dapat memahami sebaran atau distribusi tanah di permukaan bumi.

Sumber Referensi :
Sartohadi, Junun, Jamulya, Nur I. S. Dewi. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nugroho. Geografi Tanah. (http://geo.fis.unesa.ac.id/, diakses tanggal 23 April 2014)



Definisi Lahan

DEFINISI LAHAN

Lahan Pertanian

  1. Menurut Purwowidodo (1983). lahan mempunya pengertian suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relif tanah, hidrologi dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kamampuan penggunaan lahan.
  2. Menurut Rafi'i (1985), lahan merupakan permukaan daratan dengan benda-benda padat, cair, dan gas.
  3. Food and Argiculture Organization (FAO) mengartikan lahan sebagai tempat di permukaan bumi yang sifat-sifatnya layak disebut seimbang dan saling berkaitan satu sama lain, memiliki atribut mulai dari biosfer, atmosfer, batuan induk, bentuk lahan, tanah dan ekologinya, hidrologi, tumbuh-tumbuhan, hewan dan hasil dari aktifitas manusia pada masa lampau dan sekarang.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan sebidang tanah dengan luas tertentu yang akan/sedang/sudah digunakan oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ada 2 jenis lahan, yaitu :
  1. Lahan Potensial, adalah lahan yang dapat memberikan produk secara optimal dan ekonomis cukup menguntungkan. Ciri-cirinya : 
  • Kemiringan relatif datar
  • Mempunyai daya dukung tanah
  • kedalaman air tanah yang baik
  • ada kandungan lempeng
    2.   Lahan Kritis, adalah lahan yang kemampuan produksinya sangat kurang. Dipengaruhi oleh erosi, dan pengolahan tanah yang tidak sesuai.



Sumber Referensi :
Lahan. (http://file.upi.edu/, diakses tanggal 23 April 2014)
Sukma, Dinda. 2013. Pedosfer. (http://dinda-sukma.blogspot.com/, di akses tanggal 23 April 2014)

Definisi Tanah

DEFINISI TANAH


  1. Menurut seorang ahli Geomorfologi, Thorbury ( 1957 ), tanah sebagai sebagian dari permukaan bumi yang ditandai oleh lapisan yang sejajar dengan permukaan bumi, sebagai hasil modifikasi oleh proses-proses fisik, kimiawi, dan biologis yang bekerja di bawah kondisi yang bermacam-macam dan bekerja selama priode tertentu.
  2. Menurut seorang ahlo Geologi Tanah, Friedrich Fallon (1885), tanah adalah lapisan bumi teratas yang terbentuk dari batuan-batuan yang telah lapuk.
  3. Menurut seorang ahli Fisika Bumi, A.S. Thaer (1909), tanah adalah bahan-bahan yang remah dan lepas-lepas yang merupakan akumulasi dari campuran berbagai bahan terutama terdiri atas unsur-unsur Si, Al, Ca, Mg, Fe, dan unsur-unsur lainnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Tanah merupakan lapisan teratas yang ada di kerak bumi yang terbentuk karena pelapukan batuan induk, disebabkan oleh dinamika eksogen, serta sebagai media atau tempat tumbuhnya tanaman dan sebagai tempat beraktivitas makhluk hidup lainnya di permukaan bumi,

Sumber Referensi :
Rusdi, Muslan. 2013. Pengertian Tanah Menurut Para Ahli. (http://imusmus.blogspot.com/, diakses 
tanggal 23 April 2013).

Selasa, 22 Oktober 2013

KARYA TULIS ILMIAH
Pengaruh Profil Guru Terhadap Proses Belajar Siswa/i di SMA Negeri 1 Metro


 Disusun Oleh :
1.     Arifit Raih Nur Fadhillah
2.     Kurnia Rachmawati
3.     Rahma Dyan Puspita

Kelas : XI IPS 1


SMA Negeri 1 Metro
T.P. 2011/2012
Pengaruh Profil Guru Terhadap Proses Belajar Siswa/i di SMA Negeri 1 Metro

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Menurut pepatah Jawa, Guru berasal dari istilah “sing digugu lan sing ditiru” yang dalam Bahasa Indonesia berarti “yang dipercaya dan yang dicontoh” yang bermakna bahwa guru merupakan sosok yang menjadi panutan, contoh, tempat untuk mengadu, sekaligus tempat untuk bertanya bagi siswanya. Setiap guru pasti memiliki profil yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran terhadap siswanya. Meskipun demikian, guru juga adalah seorang individu yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang tegas, oteriter, cerdas, lemah, galak dan masih banyak lagi karakter lainnya.
Pada dasarnya proses belajar mengajar (pengajaran) merupakan proses mengkoordinasi sejumlah tujuan, bahkan metode, dan alat, serta penilaian, sehingga satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada diri peserta didik seoptimal mungkin menuju terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Siswa yang belajar pada umumnya tidak dapat membantah terhadap tingakah laku maupun pernyataan guru, karena memiliki keterbatasan sebagai anak dan orang tua di lingkungan sekolah. Selain itu juga dikarenakan posisi guru yang tidak memungkinkan untuk dibantah. Walaupun mungkin mereka merasa tidak nyaman dan kurang paham  terhadap apa yang disampaikan oleh guru di depan kelas dengan karakter masing-masing guru tersebut. Sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi proses belajar para siswa. Dan justru membuat siswa kesulitan dalam belajar.

B.     Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui karakter guru seperti apa yang diidolakan murid.
2.      Untuk mengetahui profil guru yang mampu mengajar secara kondusif.
3.      Untuk mengetahui karakter guru yang sangat tidak disukai murid.

C.      Rumusan Masalah

1.      Apakah ada guru yang enak dalam proses pembelajaran di SMA N 1 METRO?
2.      Guru seperti apakah yang di idolakan siswa?
3.      Guru seperti apakah yang sangat tidak di idolakan siswa?
4.      Profil guru seperti apa yang dapat mengajar secara kondusif?

D.     Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi masalah yang berfokus pada pengaruh profil guru terhadap proses belajar siswa. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa/i  SMA Negeri 1 Metro, yaitu 14 siswa/i kelas XI IPA dan 9 siswa/i kelas XI IPS. Sehingga menjadi 23 sample.
Diharapkkan jumlah siswa tersebut mampu mewakili pendapat mengenai profil guru dari seluruh siswa/i SMA Negeri 1 Metro.

E.      Hipotesis

Setelah penulis melakukan pengenalan masalah, hipotesis yang di miliki penulis adalah sebagai berikut :

Karakter guru yang sesuai dengan keinginan siswa, dapat mempengaruhi proses belajar siswa menjadi baik. Tetapi, karena keinginan siswa berbeda-beda, menyebabkan adanya sebagian siswa tidak menyukai karakter guru tertentu yang disukai siswa lainnya. Hal ini menyebabkan sebagian siswa tidak menyukai pelajaran atau guru tersebut dan akhirnya mempengaruhi proses belajarnya.
Menurut penulis, guru yang dapat memahami situasi dan kondisi siswanya akan di idolakan para siswa, karena dengan adanya guru seperti itu, siswa tidak akan terbebani dengan adanya sikap egois dan otoriter guru yang terkadang tidak mau tau dengan kondisi muridnya. Maka, murid akan belajar dengan sepenuh hati tanpa beban dan merasa nyaman, serta betah dalam mengikuti pelajaran tersebut.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Landasan Teori


Dalam pembelajaran, profil guru sangat mempengaruhi proses belajar.
Menurut Scott dan Mitchell “pengaruh merupakan suatu transaksi social dimana seorang atau kelompok orang digerakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang lainnya untuk melakukan kegiatan sesuai dengan harapan”. [1]

Kata profil berasal dari bahasa Italia, profilo dan profilare, yang berarti gambaran garis besar. [2]

Menurut UU RI NO 14 TAHUN 2005, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.[3]

Sedangkan menurut pendapat lain, “Guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam merencanakan dan menuntun murid-murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan”.[4]

2.       http://google.com
3.       Ibid
4.       OEMAR HAMALIK, 2003

Drs. Slamet merumuskan pengertian tentang belajar, menurutnya “belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri.[5]
Sedangkan pengertian belajar yang lain menurut salah seorang ahli, yang bernama Skiner, yaitu:

Menurut Skiner, yang dikutip dalam bukunya educational psychology the teaching-learning process,belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F Skimer percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce)[6]























5.       Op.Cit.2
6.       Barlow (1985)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.     Waktu dan Tempat Penelitian


Penulis melakukan penelitian yang dilakukan dengan angket pada :

Hari                 : Sabtu s.d Senin
Tanggal          : 18-20 Februari 2012
Tempat           : SMA Negeri  1 Metro
 Jl. Jend. A.H. Nasution no.222  Yosodadi 21, Kota Metro.

      Penulis melakukan penelitian yang dilakukan dengan pengamatan pada:
Hari                 : Selasa s.d Sabtu
Tanggal          : 21-25 Februari 2012
Tempat           : SMA Negeri  1 Metro
 Jl. Jend. A.H. Nasution no.222  Yosodadi 21, Kota Metro.

B.     Metodelogi  Penelitian


Metode penelitian dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
1)     Metode Pengamatan
2)     Metode Angket
3)     Metode Tinjauan Pustaka

C.      Data Penelitian

1. Pengumpulan data melalui angket terhadap siswa/i SMA Negeri 1 Metro, dengan mengambil sampel 14 siswa/i kelas XI IPA  dan 9 siswa/i kelas XI IPS. Dengan mengajukan 4 pertanyaan, yaitu :
1.      Apakah ada guru yang enak dalam proses pembelajaran di SMA N 1 METRO?

v  Pilihan jawaban:
a)     Iya
b)     Tidak  

2.      Guru seperti apakah yang di idolakan siswa/i?
3.      Guru seperti apakah yang sangat tidak di idolakan siswa/i?
4.      Profil guru seperti apa yang dapat mengajar secara kondusif?

v  Pilihan jawaban untuk pertanyaan nomor 2, 3, dan 4:
a)     Guru yang tegas
b)     Guru yang galak
c)      Guru yang lemah lembut
d)     Guru yang perhatian dan senang bercerita berbagi pengalamanya
e)     Guru yang pengertian dan sabar
f)       Guru yang cuek
g)     Guru yang otoriter
h)     Guru yang cerdas
i)       Guru yang sok pintar
j)       Guru yang rajin, menerangkan dengan penjelasan dan catatan yang rinci
k)     Guru yang jorok
l)       Guru yang malas
m)   Guru yang disiplin
n)     Guru yang egois dan mau menang sendiri

Adapun data yang di peroleh melalui metode angket yaitu:
TERLAMPIR 1

2. Pengamatan:
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, profil guru sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Misalnya seorang guru yang memiliki profil atau watak yang lemah lembut,baik dan sabar cenderung disukai para murid, sehingga para murid sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan guru yang memiliki profil atau karakter yang galak,sok pintar dan cuek cenderung sangat tidak disukai para murid, menyebabkan para murid menjadi bosan, acuh tak acuh dan tidak suka mengikuti pembelajaranya.
D.     Klasifikasi Data
TERLAMPIR 2












BAB IV
PEMBAHASAN

            Profil guru dalam bentuk kreatifitas diartikan bagaimana guru dapat membuat anak didiknya menjadi faham dengan keterangan yang dijelaskannya dalam metode pembelajaran yang sekiranya dapat menarik siswa untuk menyukai pelajaran. Profil guru dalam bentuk kreatifitas juga diartikan sebagai kemampuan guru untuk menciptakan lingkungan sosial atau suasana kelas menjadi semenarik mungkin bagi siswa. Sebagaimana dijelaskan, bahwa
“lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis”(Walbergdan Greenberg, 1997).[7]
            Dalam arti luas profil guru adalah metode pembelajaran yang digunakan dalam berinteraksi dengan siswa. Sedangkan karakter guru adalah sifat asli sebagai bentuk kepribadian guru dalam proses pembelajaran. Keduanya adalah sesuatu yang saling terkait satu sama lain sebagai faktor vital dalam sistem pembelajaran.
            Hubungan Guru dan Siswa/anak didik didalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimana pun baiknya bahan pelajaran yang diberikan dan sempurnanya metode yang digunakan namun jika hubungan guru dan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu keluaran yang tidak di inginkan. Jadi untuk menciptakan hubungan yang selaras perlu diciptakan komunikasi yang baik antara lain ada syarat-syaratnya sebagai berikut:
1.      Perlu dedikasi yang penuh di kalangan Guru yang disertai dengan kesadaran akan fungsinya sebagai pamong bagi anak didiknya/siswanya.
2.      Sistem kurikulum yang mantap.
3.      Rasio Guru dan siwa yang rasional sehingga guru dapat melakukan didikan dan hubungannya secara baik.
7. Op.Cit. 2

4.      Perlu adanya kesejahteraan guru yang memadai sehingga guru tidak terpaksa harus mencari hasil sampingan.
5.      Adanya ruangan yang baik bagi para guru untuk menciptakan keharmonisan antara tempat dan suasana yang baik bagi guru dan siswa.

            Selain yang telah dikemukakan diatas, penulis juga ingin mengemukakan pendapat bahwa siswa/i membutuhkan keharmonisan bersama guru agar dapat meningkatkan keadaan belajar yang kondusif agar mengantarkan para siswa/i kepada cita-cita mereka, karena tanpa keharmonisan tersebut siswa/i tidak akan respect terhadap guru mata pelajaran tersebut dan hal ini akan berdampak pada pelajaran yang di pelajari.
            Dari hasil penelitian, banyak siswa/i SMANSA yang lebih menyukai karakter guru yang pengertian dan sabar, mungkin mereka merasa nyaman dengan karakter guru tersebut. Tetapi ada juga siswa/i SMANSA yang sangat tidak menyukai karakter guru yang otoriter, dan mungkin karakter guru tersebut dapat mengganggu proses belajar bagi mereka. Selain itu, menurut siswa/i SMANSA guru yang dapat mengajar secara kondusif adalah guru yang mempunyai karakter disiplin, cerdas tegas, pengertian dan sabar. Jadi tidak ada salahnya jika para guru mencoba untuk menjadi guru yang  di idolakan siswa/i di SMANSA.









BAB V
PENUTUP

A.     Kesimpulan:
                  Dalam proses belajar guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan sehingga siswa-siswinya betah belajar di kelas. Suasana pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) yang dipadukan dengan pembelajaran aktif (active learning). Pembelajaran yang menyenangkan bukan semata-mata pembelajaran yang mengharuskan anak-anak untuk tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan. Yang ada hanyalah jalinan komunikasi yang saling mendukung.
Dari pengklasifikasian data juga peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1)     Guru yang banyak diidolakan siswa adalah guru yang pengertian dan sabar.
2)     Guru yang paling tidak disukai siswa adalah guru yang otoriter.
3)     Guru yang dianggap siswa dapat mengajar secara kondusif adalah guru yang disiplin.

B.     Saran:
Berdasarkan data penelitian yang di peroleh, penulis menyarankan agar:
Sebaiknya para guru dapat menjadi guru yang baik, dapat mensejahterakan hati anak didiknya, dapat mengerti bagaimana kondisi atau keadaan muridnya, pengertian dan sabar agar dapat disukai para murid. Dan kita sebagai murid harusnya dapat mengerti kararakter yang dimiliki oleh guru serta tidak egois.


DAFTAR PUSTAKA